Mengenal Filosofi Rumah Adat Bali

Rumah adat Bali banyak dipakai sebagai inspirasi rumah tinggal. Tak harus membawa keseluruhan elemen, Anda bisa mengambil beberapa bagiannya. Perpaduan unsur modern yang minimalis bersama dengan unsur tradisional dapat menampilkan kesan unik. Sebelum menerapkannya, kenalan dulu yuk dengan filosofi dan bagian dari rumah adat Bali.

Filosofi dan Bagian Rumah Adat Bali

Umumnya rumah adat Bali memiliki ruangan yang terpisah dengan ruangan lainnya. Di dalamnya terdapat simbol fauna yang biasa diwujudkan dalam bentuk patung sebagai bagian dari ritual pemujaan. 

Filosofi rumah adat Bali bisa dilihat dari penggunaan arah mata angin untuk penentuan letak bangunan. Jika dalam kebudayaan Cina bisa diibaratkan dengan Feng Shui, pada budaya Bali terdapat Asta Kosala Kasali. 

Hal yang diyakini sebagai sesuatu yang suci biasanya dibangun menghadap ke arah gunung. Dalam budaya Bali, gunung dianggap sebagai benda keramat dengan arah yang disebut kaja. Sedangkan sesuatu yang diyakini tidak suci, dibuat menghadap laut atau yang dinamakan dengan kelod. Berikut bagian rumah adat Bali yang bisa Anda adaptasi ke dalam tempat tinggal. 

  • Angkul-angkul

Merupakan bagian depan dalam rumah adat Bali. Angkul-angkul semacam gapura dengan atap bergaya tradisional dan diapit dengan candi di bagian kanan kirinya. 

  • Aling-aling

Setelah angkul-angkul Anda akan menemui aling-aling dalam rumah adat Bali. Selain berfungsi sebagai pembatas, aling-aling juga dimanfaatkan untuk menerima tamu, membuat patung, melukis atau sekedar duduk-duduk santai. 

  • Pamerajan

Pamerajan biasanya dibangun di sudut rumah dan di sebelah timur laut. Pamerajan merupakan tempat sakral yang biasanya dipakai untuk melakukan doa harian oleh masyarakat Hindu Bali. 

  • Bale Daja/Bale Meten

Merupakan bangunan berbentuk persegi yang dibangun di sebelah kanan dan kiri rumah. Bale Daja biasanya dipakai tidur oleh kepala keluarga serta anak yang masih gadis. 

Bale daja dibangun lebih tinggi dibanding pekarangan dan ruang lain. Selain berfungsi menghindari resapan air, juga menambah nilai estetis sebuah bangunan. 

  • Bale Dauh

Adalah bangunan yang biasa dipakai untuk menerima tamu atau bisa juga digunakan sebagai tempat tidur anak yang masih remaja. Letaknya berada di dalam dengan tinggi bangunan yang lebih rendah dibandingkan bale daja. 

  • Bale Gede

Bale gede dipakai untuk upacara adat. Tak heran jika posisi bale gede lebih tinggi dibandingkan bale meten. Bale gede memiliki ukuran paling besar dibanding bangunan lain. Selain dipakai untuk upacara adat, bale gede juga biasa digunakan untuk berkumpul sambil menghidangkan aneka makanan khas Bali dan membakar sesaji. 

  • Klumpu/Jineng

Digunakan sebagai tempat menyimpan gabah hasil panen. Tujuannya agar gabah tidak dimakan burung. Gabah yang belum dijemur akan disimpan di bagian bawah. Menyimpan gabah di jineng juga bertujuan agar gabah tidak lembap. 

  • Pawaregen

Adalah ruang dapur yang letaknya di sebelah selatan atau barat laut rumah utama. Ruangan biasanya memiliki dua area, yaitu area untuk menyimpan alat masak dan area untuk proses memasak. 

Seiring perkembangan zaman, pembuatan rumah adat tak lagi memakai bahan dari alam seperti kayu maupun jerami. Kini sudah banyak dimodifikasi memakai batu bata yang direkatkan menggunakan semen. 

Dalam mengadaptasi rumah adat Bali, kamu bisa menggunakan semen SCG PPC yang diformulasikan dengan teknologi ramah lingkungan serta mempunyai tekstur semen lebih halus, rendah penyusutan serta daya rekat tinggi. Segera kunjungi https://scgcbm.id/ untuk memeriksa ketersediaan dan daftar harga produk. 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *